Bila mendengar nama Michelin, mungkin yang terpikir pertama oleh Anda adalah produsen ban mobil yang namanya sudah mendunia. Agak janggal rasanya kalau mengingat bahwa perusahaan ini jugalah yang menerbitkan Michelin Guide, buku khusus yang menilai restoran-restoran terbaik di dunia. Perusahaan ban ini pun memberi rating Michelin Star, yang menjadi dambaan hampir semua chef profesional. Bagaimana bisa, ya?
Ada kisah unik di balik pertautan sejarah Michelin dan dunia kuliner yang biasanya lebih identik dengan panci bergelantungan, api kompor, wangi mentega, atau oven panas ini.
Seperti ditulis Foodtravel, Semua berawal pada 1900, ketika perusahaan ban ini menerbitkan buku panduan restoran mereka yang pertama, untuk mendorong orang-orang melakukan roadtrip di Perancis.
Lalu pada 1926, mereka mulai melakukan restaurant review secara anonim. Tradisi ini pun dipertahankan sampai sekarang. Seluruh staf Michelin yang melakukan penilaian restoran selalu muncul tanpa diundang, menyamar sebagai pelanggan biasa. Tradisi inilah yang membedakan sistem peringkat mereka dengan buku-buku panduan lain, yang kerap menilai restoran berdasarkan review pelanggan di internet.
Selain itu, Michelin fokus untuk menilai kualitas makanan yang disajikan. Sedikit berbeda dengan review lain yang biasanya juga menilai suasana restoran, interior, dan faktor-faktor lainnya.
Mereka memakai sistem ini untuk menilai kualitas sebuah restoran. Nah, patut kita ketahui bahwa banyak sekali restoran yang tidak mendapatkan “bintang” sama sekali dari Michelin. Misalnya saja, dari sekitar 500 restoran yang dinilai untuk Michelin Guide 2014 di Chicago, hanya 20 restoran yang mendapatkan satu bintang. Empat restoran menerima dua bintang, dan hanya satu restoran yang meraih tiga bintang.
Rating satu bintang menandakan restoran yang pantas Anda singgahi, dengan makanan berstandar tinggi. Dua bintang berarti restoran yang bisa didatangi untuk acara khusus, dan memiliki makanan berkualitas lebih baik dari yang lain. Sementara itu, tiga bintang berarti restoran ini wajib dikunjungi, dan menjanjikan pengalaman yang tak terlupakan.
Nah, meskipun lama berkutat di tempat-tempat di Eropa dan sekitarnya, belakangan ini rating Michelin mulai merambah Asia. Tahun lalu Michelin memberikan satu bintang untuk dua gerai kaki lima yang sangat populer di Singapura.
Ini adalah hal yang cukup mengejutkan, apalagi mengingat bahwa hanya empat negara sejauh ini di Asia yang telah memiliki Michelin Guide mereka sendiri, yaitu Hong Kong, Macau, Jepang, dan Singapura.
Selain itu, untuk pertama kalinya masakan Peranakan dan Australia pun disebutkan di dalam buku panduan ini. Sebelumnya, Michelin dikenal karena cenderung untuk fokus ke makanan Perancis.
Nah, itulah sedikit banyak kisah tentang Michelin Star yang menjadi acuan para pengusaha restoran serta chef di seluruh dunia. Setelah Singapura, apakah mungkin Michelin Guide hadir di Indonesia?